About The Author

This is a sample info about the author. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis.

Get The Latest News

Sign up to receive latest news

13 Februari 2008

Alfredo Tewas dengan status Martir Ketidakadilan

oleh Prima Sp Vardhana

Pria berpantalon hitam itu diam tafakur dalam sebuah peti mati kayu. Wajahnya terlihat gagah dengan sebaris senyum menghias bibirnya yang pucat.



Kalau saja di seputar peti mati dari kayu itu tidak terlihat beberapa lajang dan pasangan suami istri yang menangis sesenggukan. Pasti siapa pun yang menyaksikan akan mengira pria gagah itu tengah tertidur lelap merenda mimpi-mimpinya.

Namun, setelah cukup lama melihat wajah pria "keren" dalam peti mati itu, maka tak berapa lama kemudian barulah sadar. Pria gagah di dalam peti mati itu tak lain adalah Mayor Laut Alfredo Alves Reinado (40), yang tewas dalam percobaan pembunuhan atas Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta, Senin (11/2). Ia tertembak pengawal presiden, setelah berhasil menembak Ramos-Horta di rumah pribadi presiden.

"Alfredo bagi pemerintah Timor-Leste memang disebut pemberontak militer. Namun, bagi kami warganegara Timor-Leste, dia adalah martir. Dia mengurbankan dirinya demi prinsipnya yang membela masyarakat," kata salah seorang ibu usia paruh baya, setelah menangis dan menciumi peti mati yang akan menjadi peristirahatan terakhir Alfredo Alves Reinado.

Kehidupan serdadu flamboyan itu berakhir pada Senin, 11 Februari 2008.Jurubicara militer Timtim Mayor Domingos da Camara mengatakan Reinado tewas saat melakukan serangan terhadap Presiden Horta. Serangan menjelang fajar itu membuat Presiden Horta terluka dengan 3 tembakan, yaitu satu di perut bawah pusarnya dan 2 di punggung.

Gelar pemberontak disandang mantan Mayor AL militer Timor Leste (FDTL) itu akibat pembelotan, yang dilakukan pada 4 Mei 2006 dengan meminpin sekira 600 tentara yang dipecat oleh Komandan FDTL Brigadir Jenderal Taur Matan Ruak. Mereka dipecat Maret 2006, setelah mengeluhkan ketidakadilan dalam kenaikan pangkat.

Pemecatan itu memicu aksi kekerasan di Dili yang memaksa pemerintah mengundang pasukan asing untuk membantu memulihkan situasi keamanan di negara termuda di Asia itu.

Pada 26 Juli 2006, Reinado ditangkap oleh pasukan gabungan Australia dan Portugal atas tuduhan memiliki senjata ilegal. Ia memprotes penangkapannya dan menolak menandatangani berita acara pengadilan.

Pada 30 Agustus 2006, Reinado melarikan diri dari penjara utama di Dili bersama 50 pengikutnya.

Jauh sebelum Timtim lepas dari Indonesia, Reinado sempat bekerja membantu logistik TNI di Sulawesi dan Kalimantan. Sekitar tahun 1990, Reinado melarikan diri ke Australia dan bekerja di sebuah pelabuhan di Western Australia. Setelah referendum penentuan status Timtim, Reinado kembali ke negara itu dan masuk tentara FDTL. Reinado kemudian diangkat menjadi Komandan Unit Angkatan Laut.

Selama beberapa tahun, Alfredo menjalani pelatihan militer dari Dinas Pertahanan Australia, mempelajari manajemen militer pada 2003 dan manajemen darurat pada Agustus 2004. Sedangkan pada 2005, ia merampungkan tiga bulan pelatihan di Australian Joint Command and Staff College di Canberra.

Selain Australia, Alfredo juga menjalani pendidikan militer di Potugal dan Brasil. Saat menjalani pelatihan di Australia, Alfredo terlibat asmara dengan seorang wanita tentara yunior Timtim di sana. Kisah cintanya itu membuat ia diberhentikan dari komandan unit angkatan laut, dan dialihtugaskan sebagai komandan polisi militer.
@

0 komentar: