ASISTEN Menteri Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Nayef lolos dari upaya serangan bom bunuh diri.
Ini adalah upaya pembunuhan pertama terhadap anggota keluarga kerajaan sejak Saudi gencar menumpas militan Al Qaeda delapan tahun lalu menyusul serangan 11 September di AS. Pangeran Muhammad bin Nayef adalah putra Menteri Dalam Negeri Saudi, Pangeran Nayef.
Seperti dilaporkan Kantor Berita Saudi (SPA), Pangeran Muhammad sedang mengadakan pertemuan dengan orang-orang yang mengucapkan selamat atas kedatangan bulan suci Ramadhan di Jeddah, Kamis (27/8), ketika seorang pria meledakkan bom yang dibawanya.
Pria itu adalah seorang gerilyawan buron yang berkeras diizinkan bertemu dengan Pangeran tersebut untuk mengumumkan bahwa ia akan menyerahkan diri kepada pemerintah. Pemerintah belum mengumumkan identitas pelaku.
Stasiun televisi milik Arab Saudi, Al-Arabiya, menayangkan gambar Pangeran Muhammad yang tampaknya menderita luka ringan sedang bertemu dengan Raja Abdullah setelah peristiwa tersebut.
Al Qaeda menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri terhadap Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Nayef, Deputi Menteri Dalam Negeri dan orang yang mengepalai unit pemburu teroris di Kerajaan Arab Saudi.
Al Qaeda wilayah Semenanjung Arab, salah satu cabang Al Qaeda, Sabtu (29/8) WIB, mengklaim bertanggung jawab dalam satu pesannya yang disampaikan di internet. Pesan itu dimonitor oleh Site Intelligence Group.
Mohammed bin Nayef tengah berbuka puasa bersama di Jeddah saat pengebom bunuh diri meledakkan dirinya. Demikian juru bicara Kementerian Dalam Negeri Saudi. Sudah umum bagi para anggota senior kerajaan mengadakan pertemuan terbuka selama bulan Ramadhan untuk berbuka puasa bersama masyarakat.
Pangeran yang merupakan putra dari Pangeran Nayef bin Abdul Aziz, pria yang diperkirakan akan menjadi putra mahkota Saudi berikutnya, hanya cedera ringan akibat serangan itu.
Hussein Shobokshi, kolumnis surat kabar Arab, Asharq Al-Awsat, yang berbasis di London, mengatakan bahwa percobaan pembunuhan itu akan mengubah sikap Saudi secara drastis. "Serangan itu juga membuat timbulnya simpati kepada pemerintah, sementara pemerintah akan bersikap keras, tegas, dan didukung rakyat banyak," katanya.
Pelaku bom bunuh diri dilaporkan berpura-pura hendak menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Hal itu merupakan laporan kantor berita Saudi Press Agency. Serangan bom bunuh diri ini adalah upaya pembunuhan terhadap anggota kerajaan pertama dalam beberapa dekade terakhir dan serangan besar pertama terhadap kerajaan sejak tahun 2006.
TV Al-Arabiya memperlihatkan Mohammed bin Nayef, yang terluka ringan, mengadakan pertemuan dengan Raja Abdullah setelah serangan itu. "Serangan itu mengindikasikan bahwa di luar sana ancaman sedang menunggu. Kadang-kadang, hal itu terjadi pada jarak yang lebih dekat dari perkiraan Anda," lapor Reuters mengutip seorang diplomat Barat di Saudi yang tak disebutkan namanya.
"Keluarga kerajaan memiliki banyak alasan untuk khawatir karena di negeri ini senjata bisa dengan mudah masuk dari perbatasan-perbatasan yang tak aman di utara dari Irak atau selatan dari Yaman."
Para aktivis Al Qaeda, termasuk mereka yang baru pulang dari Afganistan dan Irak, aman bersembunyi di Yaman, khususnya tiga provinsi yang berbatasan dengan Arab Saudi. Arab Saudi telah meningkatkan kampanye anti-Al Qaeda di negerinya dengan membunuh dan menangkap sebagian besar para pemimpinya setelah serangkaian serangan yang dimulai sejak 2003.
Belum lama ini, di bulan yang sama, pihak berwenang Saudi mengumumkan bahwa mereka telah menangkap 44 orang yang diduga berkaitan dengan Al Qaeda, sekaligus menyita bahan-bahan ledak, detonator, dan senjata api. Kampanye ini dikritik oleh Human Rights Watch karena mengabaikan HAM. (vd/kom)